Kamis, 06 Januari 2011

Nasib Pengemis

Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Latif Adam, angka pengangguran di Indonesia diperkirakan akan naik sebesar 9 persen di tahun 2009 dari tahun lalu, sekitar 8.5 persen. Menurutnya, kenaikan jumlah pengangguran ini lebih disebabkan menurunnya penyerapan tenaga kerja dalam bidang industri, yang mencapai 36.6 persen pada kuartal kedua di tahun 2008 ini.

Tapi bukan hanya pada status pengangguran yang menjadi pekerjaan besar pemerintah saat ini. Lebih dari itu... yang lebih parah adalah dampak jumlah pengangguran yang setiap tahun menunjukkan grafik naik atau bertambah. Belum lagi persoalan jumlah penduduk yang mencapai pertambahan hingga satu juta orang setiap tahunnya.

Secara matematis, bertambahnya angka pengangguran otomatis akan menambah daftar warga miskin di tanah Soekarno ini. Bisa dibayangkan, angka kelulusan yang tinggi dari tamatan SMA atau yang sederajat tahun ini saja, bila tidak terserap dunia kerja.. ya mau ke mana? Untung-untung kalau mereka punya kompetensi atau bakat jadi pengusaha, bisa membuka lapangan keja sendiri. Kalau tidak? Salah siapa?

Melirik Pengemis....
Tak seorangpun mau menjadi pengemis. Apa lagi sengaja menyandangnya. salah satu faktor penyebab maraknya pengemis sebagai profesi yang 'terpaksa' maupun 'dipaksa' adalah dampak dari tidak adanya solusi yang menjamin masa depan mereka. Mungkin di luar sana ada yang mengemis, padahal pernah mengenyam dunia pendidikan sekelas SMP sampai jejang SMA. Apa lagi sekarang untuk menjadi karyawan atau tenaga honorer saja bukan lagi berlabel lulusan SMA tapi Sarjana. La wong.. lulusan Sarjana saja banyak yang menganggur.. apa lagi lulusan SMA? Apa kata dunia?

Pengangguran, apa hubungannya dengan pengemis? Tentu saja ada. Kalau yang menganggur tidak punya pekerjaan.. mau lari ke mana? Yang kebal muka enjoy saja jadi pengemis. Atau mungkin dibayar jadi pengemis. Sama saja, namanya juga peminta-minta. Mereka juga berbuat untuk sekadar mengisi perut. Mirisnya, tindakan aparat yang seperti Rambo, seolah mereka adalah binatang yang tak punya nilai di masyarakat. Padahal pengemis juga manusia.

Homework bagi pemerintah untuk segera merealisasikan janji-janjinya. Jaminan untuk pemberantasan pengemis dan sekutunya, harus segera terlaksana. Bukan dengan aksi jago-jagoan. Siapa kuat siap lemah? Yang kuat tentu menang. Yang lemah tentu kalah. Tapi pemerintah harus cerdas, karena para pengemis juga adalah warga negara yang harus dijamin hidupnya oleh pemerintah. Dengan kata lain, mereka juga manusia seperti kita. Mereka adalah anak bangsa yang 'mungkin' terlupakan oleh para koruptor di negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar